Ada yang berdalih bahwa lafadz usholli adalah berlandaskan madzhab Syafi'ie. Sedangkan tidak ada satupun bukti dari kitab karya Imam Abdullah Muhammad bin Idris (Imam Syafiie) yang menyatakan bahwa dianjurkan melafadzkan niat sebelum sholat. Selain dimunculkan beberapa abad kemudian oleh ulama yang mengaku nishbat kepada madzhab syafiie, tanpa ada landasan dari sunnaturrasul, ironisnya diikuti oleh mayoritas muslim indonesia dan dianggap sebagai bagian dari rukun sholat.
Berikut ini saya tampilkan nukilan dari kitab karya Imam Syafi'ie yang masyhur bernama "Al-Umm" jilid:2 khususnya dalam bab:45 'Niat dalam sholat' di halaman 224. Kitab Al-umm adalah rangkuman fatwa Imam syafiie yang ditulis oleh muridnya.
dalam kitab tsb beliau tidak memaparkan sama sekali tentang kalimat ucapan niat apalagi kalimat "usholli dst..." sebelum sholat, karena yang dimaksud 'niat' adalah maksud/tujuan yang terbesit dalam hati. Justru beliau mewajibkan niat terbesit dalam hati ketika takbiratul ihram (takbir awal sholat) tidak boleh sebelum takbir, atau sesudah takbir.... ini pendapat beliau.
Istilah 'niat' dalam syariat islam bukanlah berarti diucapkan. seperti hadits dari shahih bukhari berikut ini
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
"Semua perbuatan tergantung niatnya, dan (balasan) bagi tiap-tiap orang (tergantung) apa yang diniatkan".
Kalau setiap ibadah dianjurkan melafadzkan niat, maka setiap ibadah idealnya juga harus dilafadzkan niat 'nawaitu' (saya berniat). Misalnya ingin baca al-quran mengucap nawaitu, ingin dzikir mengucap nawaitu, ingin sedekah mengucap nawaitu, ingin ke majlis ta'lim kita ucap nawaitu, ingin infaq jariyah mengucap nawaitu, dsb.. yg akhirnya memberatkan umat dan mengada-ada. Sedangkan Allah dan rasulnya melarang menambah dan mengada-ada dalam hal agama termasuk salah satunya pengucapan niat dalam bahasa Arab.
Dalam sebuah pesantren besar di Jawa timur, saat sholat qobliyah banyak santri yg takbirotul ihramnya aneh, ada yg tangannya turun-naik sambil ngucap “Allaah Allaah Allaah Allaaaaahu akbar”, bahkan ada yg sudah sedekap tapi ngulang lagi takbirnya. Saya tanya, “kenapa takbirnya begitu?” dijawab katanya awal takbir harus pas dengan mengucap usholli dalam hati.
Imam an-nawawi, seorang ulama besar syafi'iyyah berkata dalam kitabnya Al-majmu' syarh muhadzzab, jil.3 hal.241
“Rekan-rekan kami (ulama syafiiyah) berkata, yang berkata demikian telah salah. Bukanlah maksud Imam Asy Syafi’i itu melafalkan niat dalam shalat, namun maksudnya adalah takbir”
Takbirotul ihram itu adalah saat terpenting kita fokus menghayati kalimat “Allaahu akbar”, bukan sibuk mengepaskan ucapan usholli dalam hati, akibatnya menyulitkan diri sendiri dan merusak syariat sholat dgn takbir yang aneh seperti itu
Sholat adalah amal terpenting, dan hal yg pertama dihisab di yaumil hisab kelak, Jangan sampai terkontaminasi dgn bid’ah yang menurunkan nilai ibadah
begitu juga ulama seperti Syekh abdul qadir al-jilani tidak menganjurkan lafadz niat dalam kitab beliau 'Al-ghunyah" pada halaman 17 dan 19 berikut ini
سنن ابن ماجه ٤٩: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مَنْصُورٍ الْحَنَّاطُ عَنْ أَبِي زَيْدٍ عَنْ أَبِي الْمُغِيرَةِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَى اللَّهُ أَنْ يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ
Ibnu Majah 49: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah enggan menerima amalan pelaku bid'ah hingga ia meninggalkan kebid'ahannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar