"yaa nabii salam alaika, ya rasul salam alaika... dan seterusnya"
orang biasa menyebutnya sholawat barzanji. Memang awalnya kalimat yg baik, kalimat sholawat, tapi syair-syair selanjutnya terlihat ghuluw (memuji berlebihan) dan bahkan mengandung kesyirikan, karena kalimatnya berdo'a kepada nabi, sedangkan do'a wajib hanya ditujukan kepada Allah. Belum lagi khurafat yang dihembuskan faham sufi bahwa ketika melantunkan sholawat tsb bisa jadi ruh nabi sedang hadir, maka dianjurkan melantunkan bersama-sama sambil berdiri.
Karena islam yang pertama kali menebar di tanah indonesia adalah jenis tasawwuf, yang identik dengan nyanyian, musik dan tarian, juga syair-syair yang berlebihan, hingga banyak orang awam salah kaprah dengan makna sholawat, bahwa sholawat itu adalah lantunan atau nyanyian pujian kepada nabi. Padahal sholawat adalah kalimat do'a yang dikhusus untuk nabi shallallaahu alaihi wasallam seperti yg diajarkan kepada para sahabat dalam banyak hadits
Dan sekarang banyak masyarakat awam banyak yg tidak faham dengan syair tsb, sekedar ikut-ikutan dan karena berbahasa arab dan diawali sholawat maka terlihat baik, meski faktanya dicampur dengan kalimat-kalimat yang bisa merusak aqidah. Ironisnya banyak yang tidak kenal siapa orang yang menciptakan syair tsb, dia bukanlah ulama, dan tidak ada karya bukunya yg menjadi rujukan para ahli ilmu, selain buku sya'ir/kidung seperti al-barzanji.
Dalam surah Al-ahqaf: 5 Allah telah berfirman sbb:
Sekarang mari kita teliti tampilan halaman di kitab tsb berikut ini:
engkau adalah penutup para utusan, engkau adalah orang yang paling banyak bersyukur kepada Allah
hambamu yang miskin mengharapkan, Karuniamu (wahai nabi) yang sangat banyak
Padamu aku telah berbaik sangka, Wahai pemberi kabar gembira dan Pemberi Peringatan
Maka tolonglah aku, dan selamatkan aku, Wahai penyelamat dari neraka sa'ir
Wahai penolongku dan tempat berlindungku, Dalam perkara-perkara besar dan berat yang menimpaku
Berbahagialah dan hilanglah kesusahan hamba yang senang kepadamu.
Wahai bulan purnama yang nampak terang bagimu sifat yang indah
Tiada orang yang orang tuanya lebih suci darimu sama sekali wahai kakek Hasan dan Husain.
Bagimu sholawat Allah selamanya sepanjang masa. Wahai pemilik kebaikan wahai pengangkat derajat
Hapuskanlah dosa-dosaku dan ampuni kesalahan-kesalahanku
Engkau adalah Pengampun kesalahan kesalahan dan dosa yang merusakkan.
Engkau adalah Yang Menutupi kejelekan dan menyelamatkan dari kesalahan.
Dari konteks terjemah diatas, apakah wajar kita mengucap hal demikian? kalau disandingkan dengan firman Allah di Al-ahqaf: 5 tadi
Karena satu-satunya tempat untuk berdo'a adalah cuma kepada Allah.
Jangan sampai aqidah kita cacat hanya karena mengikuti tradisi yang kita tidak tau apa yg terkandung dalam tradisi tsb. Karena inti dari keislaman yang sempurna adalah aqidah yang lurus... selebihnya adalah hal yang bukan prinsip (furu'iyyah)
Bersholawat sesungguhnya adalah mendo'akan nabi, dan bukan memuji-muji. Seperti kalimat yang diajarkan nabi. Kenapa mendoakan nabi? Lihat penjelasannya di halaman lain tentang apa itu sholawat
Semoga bermamfaat